Anak sakit (Foto: Corbis)
KEJANG demam umumnya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan, dengan mata yang berputar.
Selama beberapa waktu, anak menjadi tidak responsif, napas terganggu, dan kulit tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kondisi ini biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang juga dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang karena sebab lain (kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja, dan dapat terjadi berulang. Perlu diketahui, jika anak mengalami kejang demam, segera bertindak untuk mencegah luka. Letakkan anak di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam.
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut. Yang utama, jangan menaruh apa pun di mulutnya. Anak Anda tidak akan menelan lidahnya sendiri. Sebab, memberi obat atau memasukkan apa pun ke dalam mulut malah akan berisiko fatal.
“Sebaiknya menunggu sampai tidak kejang. Saat tubuh mulai lemas,beri diazepam (obat antikejang),” kata dr Erny SpA(K).
Dilanjutkannya, kejang pada balita muncul karena beberapa faktor. Demam yang tinggi hingga 40 derajat Celsius, radang tenggorokan, infeksi otak, atau gangguan pada pencernaan. Erny juga menjelaskan, tidak semua balita mengalami kejang,bergantung pada ketahanan tubuh masing-masing anak.
“Kejang juga bisa terjadi karena faktor keturunan. Di mana orang tua mengalaminya waktu masih kecil,” tuturnya.
Kejang karena faktor keturunan memang tidak bisa dihindari. Karena itu, menurut Erny,dibutuhkan sebuah ketanggapan orangtua saat anaknya sakit, kendati hanya demam biasa.
“Salah satu dari orangtua pernah kejang, kemungkinan anaknya mengalami kejang hingga 25%. Jadi, jika kedua orangtua pernah kejang, maka kemungkinannya bertambah menjadi 50%. Begitu juga dengan kejang yang dialami saudara kandung, bisa juga menurun dengan kemungkinan 235,” jelasnya.
Anak usia 17–23 bulan yang mengalami kejang masih dalam batas normal. Namun, jika kejang pertama didapati di usia anak 2,5 tahun, maka dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Karena kejang ada beberapa macam. Dua di antaranya, kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
“Pada kejang kompleks inilah dibutuhkan suatu analisa lebih dalam karena dari kejang kompleks bisa menjadi epilepsi,” tegasnya.
Untuk mendeteksi epilepsi sendiri, bisa dilihat pada terjadinya kejang. Sebab, kejang demam ini hanya terjadi pada anak-anak hingga usia 5 tahun saja. “Jika lebih dari 5 tahun masih kejang, bisa saja itu kejang epilepsi,” kata dr Irawan Mangunatmadja Sp(A)K dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCM.
Sumber:Okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar