Kurma rasa Zionis~Siapa tidak gemar buah ? Tua muda pasti suka. Buah penting buat kesehatan. Kandungan seratnya sangat dibutuhkan tubuh. Buat dijadikan bingkisan pun cocok. Apalagi menjelang hari raya Idul Fitri, banyak orang berlomba-lomba mengirim buah tangan kepada sanak famili atau sebagai oleh-oleh.
Tapi bagaimana jadinya jika berbagai jenis buah, utamanya kurma, kita santap saban buka puasa ternyata produk Israel. Apakah Anda pernah bertanya tentang hal itu ? Atau malah terlalu sibuk menikmati legit dan manisnya kurma hasil panen kaum Zionis.
Usaha pertanian memang jadi andalan Negeri Yahudi itu. Bahkan tercatat mereka menjadi negara pengekspor buah dengan jumlah paling besar sejagat. Mereka juga unggul dalam penerapan teknologi agrikultur.
Padahal, jika dilihat wilayah Israel tidak cocok buat usaha pertanian. Setengahnya adalah gurun. Soal iklim jangan ditanya, panas. Hujan jarang, mata air pun langka. Hanya sekitar 20 persen tanah Zionis bisa dipakai bercocok tanam.
Akhir Juli lalu, komunitas muslim Amerika kembali mengingatkan kita agar memboikot produk kurma asal Israel. Umumnya buah kegemaran Nabi Muhammad S.A.W., produk Zionis kerap mengaburkan identitas tempat produksi. Tentu demi menghindari ancaman boikot. Biasanya mereka mencantumkan label produksi Tepi Barat atau Lembah Yordania. Mungkin beberapa masuk ke Indonesia. Entah tanpa terdeteksi atau pura-pura tidak tahu.
Ada dua merek kurma terkenal asal Negara Yahudi itu, yakni Jordan River dan King Solomon. Keduanya adalah label dagang milik perusahaan Hadiklaim.
Menurut Direktur Program Gerakan Muslim Amerika untuk Palestina, Awad Hamdan, banyak umat muslim tidak tahu kerap mengkonsumsi kurma asal Israel. "Kebanyakan perkebunan kurma Israel tumbuh di tanah hasil rampasan dari orang Palestina," kata Hamdan.
Namun, anehnya warga Tepi Barat dan Jalur Gaza lebih menggemari kurma asal Israel. Selain harganya murah, rasanya pun enak. Tinggal petani Palestina gigit jari gagal meraup fulus. Apa daya, lantaran blokade Negeri Zionis itu mereka tidak dapat memasok pupuk kualitas wahid buat tanaman mereka. Alhasil hasil panen mereka jauh tertinggal dari Israel dengan segala rekayasa genetik demi menghasilkan produk kelas satu. Padahal mereka susah payah menanam kurma sebagai tumpuan hidup. Belum lagi pasukan Zionis bisa datang kapan saja merobohkan ladang dan rumah mereka.
Makin miris ketika melihat kenyataan anak-anak Palestina terpaksa bekerja menjaga perkebunan milik petani Israel sembilan jam saban hari. Berpanas-panasan pun mereka lakoni demi upah minim dan membantu orang tua. Alasan berbeda diutarakan pengusaha Negeri Zionis. Bayaran orang Palestina lebih murah ketimbang sesama Yahudi.
Ironis memang, banyak umat muslim terlena menyantap kurma asal Israel tanpa mereka mengetahuinya, termasuk di Indonesia. Soal kualitas, kurma asal Negara Yahudi itu memang baik. Tetapi, jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka jangan harap para petani Palestina dapat menuai untung besar. Mungkin malah tanah mereka harus tergusur dan dijarah. Jadi, masih mau makan kurma rasa Zionis ?
Source:merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar