Ada sebuah kisah tentang persahabatan sejati antara tawon dan pohon Ara.
Kisah nyata tersebut telah terjadi selama kurang lebih 80 juta tahun lamanya.
Hingga kini setiap generasi di antara mereka melakukan hal yang sama,
yaitu seolah mengikat janji untuk saling memberi dan menerima,
tidak boleh saling mengingkari,
jika tidak maka akan kena batunya!
♦♦♦
Kisah nyata tersebut telah terjadi selama kurang lebih 80 juta tahun lamanya.
Hingga kini setiap generasi di antara mereka melakukan hal yang sama,
yaitu seolah mengikat janji untuk saling memberi dan menerima,
tidak boleh saling mengingkari,
jika tidak maka akan kena batunya!
♦♦♦
Lalu bagaimana persahabatan itu bisa terjadi sementara pohon dan tawon adalah makhluk yang tidak berakal? Allah berfirman,
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” maka terjadilah ia. (Yaasiin : 82)
Pohon Ara atau tin adalah satu dari sedikit pohon yang namanya
Allah sebut dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surat At-Tiin ayat 1 yang
berbunyi, “Demi (buah ) tin dan (buah) zaitun.”
Pohon ara merupakan kerabat pohon beringin. Beringin? Ya, beringin
yang di Indonesia identik dengan kisah angker. Lain halnya dengan
Indonesia, peneliti di negara lain justru mengungkapkan kisah berbeda
dan lebih berhikmah dari sekadar cerita angker yang berbumbu dusta. Lalu
bagaimana kisahnya?
Kisah bermula dari rasa penasaran beberapa peneliti yang tertarik
dengan hubungan saling menguntungkan antara pohon ara dan tawon atau
yang lebih dikenal dalam ilmu biologi sebagai hubungan “mutualisme.”
Peneliti kemudian mencari tahu bagaimana sanksinya apabila terjadi
ketidakselarasan kerjasama atau kecurangan di antara tawon dan pohon
ara, sebagaimana yang terungkap dalam jurnal yang berjudul, “Precision of host sanctions in the fig tree–fig wasp mutualism: consequences for uncooperative symbionts.”
Sejatinya pohon ara telah dibudidayakan dari jaman kuno dan tumbuh liar di daerah kering dan bermentari. Ara yang disebut “Common Fig” berasal dari Timur Tengah hingga kawasan Asia Barat. Sementara beberapa jenis Fig/ Ficus lainnya tumbuh di hutan hujan tropis.
Bunga pohon ara terdiri dari dua tipe, yaitu jenis yang berkelamin
ganda dan berkelamin ganda sekaligus betina. Hampir separuh dari jenis
pohon ara bertipe bunga jenis kedua atau disebut juga gynodioecious.
Dalam penyerbukannya, bunga ara dibantu oleh tawon yang juga
memanfaatkan bunga tersebut untuk tempat bertelur. Tanpa bantuan tawon
penyerbuk pohon ara tidak dapat berkembang biak dengan bijinya. Di lain
sisi bunga memberikan tempat yang aman dan makanan untuk tawon generasi
berikutnya.
Dalam
perjalanan hidupnya yang hanya 48 jam, tawon betina akan mengumpulkan
serbuk sari dari bunga jantan. Kemudian ia memasuki melalui celah sempit
di mahkota bunga untuk menyerbuki beberapa bunga betina pada bunga
majemuk. Kemudian sang tawon akan meletakkan telur-telurnya di dalam
beberapa bunga pohon ara. Lalu sang jantan akan membuahi telur-telur
tersebut.
Hasilnya adalah bunga kemudian berkembang menjadi buah ara dan
anak-anak tawon bisa tumbuh di dalamnya, hingga akhirnya siap melakukan
hal serupa seperti yang dilakukan orang tuanya. Lalu bagaimana apabila
tawon hanya menempatkan telurnya saja pada buah tin namun tidak
menyukseskan proses penyerbukan?
Inilah kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan sesuatu dengan
sangat cermat. Entah bagaimana, seolah pohon tin dapat mengetahui jika
tawon bertindak curang. Apabila tawon menaruh telurnya tanpa membawa
serbuk sari untuk membantu penyerbukan, pohon tin akan menjatuhkan
buahnya yang di dalamnya terdapat anak-anak tawon tersebut.
Bagaimana jika buah tin yang berisi anak-anak tawon dijatuhkan
dengan keras dari ketinggian? Tentunya anak-anak tawon akan tewas dan
itulah faktanya, seperti yang terungkap dalam jurnal yang ditulis oleh
Charlotte Jander tersebut.
Lebih dari 700 jenis pohon ara di daerah tropis di seluruh dunia berkembang bersama dengan tawon ara. Setiap jenis pohon ara memiliki jenis tawon penyerbuknya sendiri. Beberapa jenis tawon membawa serbuk sari secara pasif dikarenakan serbuk sari tersebut menempel pada tubuhnya. Sementara jenis lainnya secara aktif mengumpulkan serbuk sari dalam kantong khusus yang ada padanya.
Para peneliti menemukan bahwa tawon yang membawa serbuk sari secara
pasif asbab menempel di tubuhnya, maka pohon ara pun hampir tidak
pernah menggugurkan buahnya.
Sementara para peneliti menemukan bahwasannya apabila tawon yang
secara aktif mengumpulkan serbuk sari tidak membawa serbuk sari
tersebut, maka pohon akan menggugurkan buahnya hingga anak keturunan
sang tawon akan mati akibat terjatuh bersama buah yang digugurkan.
Pohon tin sangat mengerti jika dia tidak menerima haknya, maka
kewajibannya untuk menjaga telur-telur tawon pun ia gugurkan. Inilah
contoh keselarasan antara hak dan kewajiban pada tawon dan pohon ara.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran : 190)
Source:jurnalhajiumroh.com